watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Nikmatnya ngentot xxx dengan icha




Suatu hari, aku online di salah satu channel
chatting dengan seorang mahasiswi. Sebut saja
namanya Ica (19 tahun). Dia adalah anak seorang
pejabat di salah satu BUMN di Jawa Timur dan
sedang menjalani kuliah di salah satu universitas
favorite di kota M. Perkenalan ini berawal dari
seringnya aku online barsama Ica.
Singkat cerita, suatu hari aku ada tugas dinas ke
kota M dan iseng-iseng aku hubungi dia melalui
nomor HP yang sudah dia berikan sebelumnya.
Dan dengan senang hati dia mau ketemuan, asal
dengan syarat dia bawa teman. Walhasil, aku
ketemu dia di salah satu cafe di daerah kampus
yang berada di pinggir kota.
“Hey.. Kamu Ica” sapaku.
“Hey, Dandy ya.. ” sambil menjawab Ica
mengulurkan tangannya.
“Kenalin ini temanku Dony,” sambil mengenalkan
temanku.
“Oh ya, kenalin juga ini temanku Rida,” kata Ica
mengenalkan temannya.
Sepintas terlihat, Ica adalah sosok seorang gadis
model. Karena bentuk tubuhnya sangat
semampai dengan ciri 167/45. Sehingga tonjolan
di dada maupun di pantatnya tidak begitu
nampak sebagaimana gadis-gadis yang aku
kenal. Lamunanku buyar saat Ica menawarkan
menu yang mau dipesan.
“Dy, kamu mau makan apa?” tanya Ica.
“Mmm, anu.. Terserah deh” jawabku gugup.
“Kenapa say.. Kok nervous gitu?” tanyanya
manja.
Wah dadaku berdetak keras saat dia panggil aku
dengan kata “say.. ” tetapi aku cepat menguasai
keadaan dan bersikap seperti nggak ada rasa GR
dengan panggilan yang aku kira sangat romantis
banget.
“Tidak kok, tidak apa-apa, aku ngikut aja,”
jawabku datar.
Dari pertama kita ketemu di chatting, aku terbuka
saja dengan status aku yang sudah married. Dan
ternyata diluar dugaanku, Ica bisa menerima hal
itu karena memang dia menyukai cowok yang
lebih dewasa.
2 jam lamanya kami berempat, ngobrol apa aja
yang bisa dibicarakan. Baik tentang kuliahnya,
masalahnya Sampai akhirnya waktu
menunjukkan pukul 21 kurang 1/4. Akhirnya aku
menawarkan diri untuk mengantar balik ke kost-
kostan.
“Ica, sudah malem nih, ayo aku anter balik”
ajakku.
“Oke dah Mas Dandy,” jawab Ica singkat sambil
bangkit dari duduknya.
Setelah aku bayar di kasir, aku bergegas menuju
mobil starletku yang butut kedinginan diluar cafe.
“Dan, minggu depan aku mau ke Surabaya,” kata
Ica.
“Oya, dalam rangka apa?” tanyaku.
“Mau ketemu kamu, kamu ada waktu kan?”
jawabnya tersenyum.
Deg! jantungku terasa berhenti ketika Ica bilang
seperti itu, aku langsung berusaha menguasai
situasi.
“Ooo.. Pasti bisalah, asal kamu kabarin sehari
sebelum datang,” pintaku.
“Oke deh, ntar aku hubungi kamu Mas” kata Ica.
“Terus, kamu mau dateng sama Rida atau
sendirian?” tanyaku.
“Sendirilah Mas, masa iya sama temanku.. Kan
nggak romantis?” jelas Ica.
Tanpa terasa sampailah di depan tempat kost Ica.
“Selamat malam,” kataku.
“Terima kasih ya Mas, sampai ketemu minggu
depan,” Ica mengingatkan.
“Ok” jawabku singkat, dan setelah itu aku
langsung tancap gas balik menuju ke Surabaya
dengan perasaan yang masih bertanya-tanya
dengan ucapan Ica yang sedikit romantis. Tetapi
sebandel apapun aku, aku tetap memegang
prinsip aku tentang virginitas seorang cewek.
Buat aku jika seorang gadis itu masih virgin, aku
tidak akan pernah mau Making Love karena sudah
menjadi prinsip aku untuk tidak merusak masa
depan seseorang.
6 hari sudah berselang setelah pertemuan
pertama dengan Ica dan sesuai janji dia, Kamis
siang Ica menelphone HP-ku. Ringtone dengan
lagu dilema cellulerku berbunyi dan saat aku liat
layarnya ternyata 081252xx (nomor Ica).
“Mas Dandy besok aku berangkat sepulang kuliah,
bisa jemput nggak?” tanya Ica.
“Oke bisa, jam berapa?” balas aku bertanya.
“Mmungkin dari Surabaya jam 18.00″ jawab Ica.
“Lho emang kamu mau langsung balik?” selidik
aku.
“Tidaklah Mas, aku kan ingin ditemanin Mas
Dandy semalaman” jelasnya.
Alamak si Ica ini, bikin aku berpikir yang nggak-
nggak.
“Oo gitu, oke sapa takut” tantang ku.
“Oke deh Mas, sampai besok” seiring kata itu
HPnya langsung dimatikan.
Setelah telphone off, aku langsung hubungi salah
satu hotel di Surabaya yang menjadi tempat
favorite aku dan kebeetulan aku salah satu
members di hotel tersebut. Sehingga setiap saat
aku bisa booking room dengan posisi open.
Hari jum’at jam 18.00 tepat aku sudah nongkrong
di jok mobilku. Diparkiran terminal Bungur Asih
dan selang 5 menit cellulerku berbunyi, “Mas
kamu dimana?” suara Ica.
“Aku sudah di parkiran terminal nih,” jelasku.
“Oke deh aku ke situ” jawab Ica.
Dengan perasaan deg-degan aku menunggu Ica
nongol dari pintu keluar terminal, dan dari jauh
aku lihat tubuh semampai yang agak kurusan
berlenggak-lenggok seperti di catwalk. Setan
bertanduk, meniup pikiranku sepanjang Ica
menuju mobilku.
“Hey Mas Dandy, gimana khabarnya?” tanya Ica.
“Baik Ica” jawabku singkat.
“Sudah lama ya Mas Dandy tunggunya,” ia
membuka percakapan.
“Belum kok Ica” jawabku singkat.
Tanpa panjang lebar, aku langsung menuju hotel
yang sehari sebelumnya aku sudah booking. Dan
parfum dengan aroma melati sangat megganggu
birahi kelaki-lakianku. Setan bertanduk semakin
aktif mengetuk pikiran kotorku untuk langsung
bercinta dengannya.
Sesampai di hotel aku langsung minta kunci dan
menuju kamar lantai 2 nomor 222.
“Lho Mas kenapa kok booking yang 2 bed?” tanya
Ica.
“Lho memangnya kenapa?” aku berlagak
bengong.
“Ica pengennya yang satu bed, supaya bisa
berduaan,” jawab Ica polos.
Walaupun setan sudah pada meringis diatas
kepalaku dan bilang, yes! tetapi aku berusaha cool
di depan Ica dan sedikit berkata bijak bagaikan
orang tua.
“Ica, kita tidak untuk macam-macamkan di kamar
ini?” balasku bertanya.
“Ya sudah deh Mas, aku mau mandi dulu ya”
jawab Ica kesal.
15 menit lamanya Ica mandi, akhirnya pintu
kamar mandi terbuka dan begitu kagetnya aku,
ketika Ica hanya mengenakan daster yang tipis
tanpa menggunakan BH dan CD, sehingga
nampak jelas sekali puting yang kecil menonjol di
balik daster tipisnya. Tanpa melihat gelagat Ica
yang semakin membuat detak jantungku
semakin cepat, aku langsung ambil handuk dan
mandi.
Malam semakin larut dan hampir 3 jam aku di
dalam kamar berdua dengan Ica, detak jantungku
semakin kencang tatkala Ica sesekali sengaja
menyentuhkan tangannya di pundakku. Adik
kecilku berontak dengan keras ingin keluar dari
celanaku.
“Mas, malam ini kamu manis banget sih,” kata Ica
memuji.
“Ah kamu bisa aja” jawabku agak gugup.
Karena pertanyaan itu disampaikan hanya dengan
jarak 20 centi dari mukaku sehingga bau harum
di wajahnya begitu menggelitik syaraf kelaki-
lakianku.
“Mmm bagaimana.. ” belum selesai aku tanyakan
sesuatu tiba-tiba tubuh kecil Ica sudah berada
dipangkuanku. Sehingga memudahkan dia untuk
mencium bibirku. Sedangkan posisiku sendiri
sangat tidak menguntungkan untuk membalas
ciuman Ica, karena posisi tanganku menopang
tubuhku.
“Mmm.. Mas.. Aku suka kamu,” kata Ica sambil
melanjutkan ciuman mautnya.
Aku tidak bisa menjawab sepatah kata apapun
karena memang serang bibir tipis Ica
menggelontor bibirku bertubi-tubi. Perlahan tapi
pasti, aku mulai merubah posisiku untuk
terlentang di ranjang sehingga tubuh mungil Ica
dengan mudah naik diatas tubuhku.
Aku rasakan perutku mulai basah dengan cairan
yang mulai menetes dari vagina Ica. Karena dari
tadi dia sudah tidak memakai celana dalam
sehingga saat duduk diperutku, aku merasakan
betapa halus bulu-bulu di selangkangan gadis ini.
Tanganku mulai membelai punggung dan
tengkuk Ica, sehingga hal itu membuat birahi Ica
mulai terkoyak.
Dari mulutku Ica mulai merambat kebawah,
menjilati puntingku hingga membuat darah aku
berdesir dengan kencang.
“Ica.. Geli sayang.. ” aku merintih.
Ica sepertinya semakin bernafsu mendengar
rintihan aku, dan semakin berani saja gadis ini
memainkan lidahnya disekitar perutku. Tubuhnya
semakin kebawah dan sampailah wajah nya di
atas selangkanganku, dengan satu gerakan saja,
celana adidas yang aku kenakan langsung
tertanggal.
“Mas.. Aku suka penis kamu.. Gila besar sekali”
puji Ica dan setelah itu langsung saja mulutnya
yang tipis mulai mendarat di batang kemaluanku.
“Oohh.. ” aku merintih dan mnggelinjang saat
mulut Ica mulai melahap penisku yang sudah
mulai mengencang. Sesekali tangan yang lentik
mengocok batang kemaluanku.
“Aaow.. Sakit sayang” jeritku saat giginya
mengenai kepala penisku.
Aku hanya menikmati jilatan, hisapan dan
kuluman bibir Ica yang tipis sembari aku
menengok kebawah melihat Ica yang lagi asyik
mengoral penisku. Duh alamak, ini gadis kok jago
banget oral sex nya. Awas ya aku balas nanti kalo
gadis itu sudah puas menghisap penisku. Disaat
aku membayangkan apa saja yang bakal aku
lakukan dengan gadis kecil ini, tiba-tiba Ica bangkit
dari selangkanganku dan berdiri.
“Mas. Ica sudah nggak tahan.. Aku masukin ya?”
tanya Ica sambil melepas penisku dari mulutnya.
“Ica, Mas tidak mau, jika kamu masih virgin,” aku
berusaha jelaskan masalah prinsipku tentang
keperawanan seseorang.
“Mas, Ica ingin banget.. Ica sudah pernah lakukan
kok sama pacarku” jelas Ica tidak mau kalah.
“Kamu serius..?’” tanyaku bingung.
“Percaya sama Ica Mas, aku sudah tidak virgin
kok,” sambil berkata seperti itu, Ica langsung
berdiri diatas tubuhku. Tangannya yang lentik
memegang penisku yang berdiri kencang untuk
diarahkan ke lubang vaginanya
Bless.., suara penisku mengoyak vagina Ica.
“Ughh, Mas..” kepala penisku langsung membuka
lubang sempit di selangkangan Ica.
“Gila, enak sekali punya Mas.. aakkh” Ica
menggerinjang sembari mulai berusaha
memasukkan seluruh batang kemaluanku.
Aku merasakan lubang surgawi milik Ica sangat
sempit sekali, sehingga aku merasakan sesuatu
yang menjepit batang kemaluanku.
“Mas.. mentok nih, gila banget.. padahal belum
masuk semua..” rintih Ica.
“Gila Mas punya kamu panjang.. Eenaak Mas”
rintih Ica.
Beberapa kali Ica menggerakkan tubuhnya naik
turun, tiba-tiba Ica mulai mempercepat
pergerakkannya diatas tubuhku yang naik turun.
“Mass.. Icaa.. Mau.. Daapett.. Maass..” rintih Ica.
Karena memang penisku tidak bisa masuk
seluruhnya (hanya menyisakan 2 cm saja),
sambil bergerak naik turun tangan Ica berusaha
menahan tubuhnya dia tas dadaku.
“Mas.. Aaampunn.. Akuu nggak tahan lagi..” rintih
Ica.
“Mas.. Dandy.. Ica kee.. luuaarr..” bersamaan
dengan rintihan panjang Ica sesuatu aku rasakan
menyiram batang kemaluanku.
Sssurr.., cairan yang terasa banyak membasahi
selangkan aku.
Tubuh Ica langsung terkulai lemas dengan
permainan tadi sehingga dia terlentang sambil
menutup mata, merasakan sisa-sisa kenikmatan
yang sudah diraihnya. Tanpa memberi nafas
sedikitpun, aku mulai membungkuk di atas dada
gadis yang masih belia ini. Dengan sentuhan
yang penuh perasaan, lidahku mulai memainkan
puntingnya yang masih mengencang besar. Aku
berusaha membangkitkan gairah Ica yang sudah
mulai terkulai lemas.
“Mas.. Kamu hebat.. Ughh,” pujian Ica tidak
sampai selesai karena gigiku yang nakal mulai
menggigit punting Ica dengan mesra. Aku
membiarkan kedua tangannya menggapai
kepalaku yang sedang asyik menikmati
puntingnya yang kencang. Maklum, Ica tergolong
cewek yang tidak mempunyai payudara sehingga
puntingnya lebih dominan.
Semakin lama, mulutku yang liar mulai
membalas perlakukan Ica saat mencumbui aku
sebelumnya. Sesekali tubuhnya yang kurus
menggelinjang hebat saat aku mainkan pusar
perutnya dengan lidahku, hal ini membuat kedua
pahanya terbuka lebar. Kesempatan itu tidak aku
sia-siakan, wajahku langsung menangkap
bongkahan daging dengan rambut yang begitu
halus. Dengan satu kali gerakan, kedua tanganku
sudah bisa mengunci kedua pahanya diatas
pundakku.
“Mmas.. Gelii.. Ampun.. Ooohh,” Ica hanya bisa
merintih saat klitorisnya aku mainkan dengan
lidahku. Sesekali aku mencium bau wangi bekas
cairan Ica yang sudah keluar saat permainan
pertama. Dan hal itu menambah birahiku untuk
melumat habis seluruh cairan yang mulai meleleh
kembali dari lubang kewanitaanya. Sesekali
pinggul Ica yang mungil ikut terangkat keatas,
mengikuti hisapan mulutku di selangkangannya.
Beberapa saat kemudian..
“Mas.. Ammpun.. Aku mau keluar laagi.. Mmass”
kedua tangan Ica membenamkan wajahku
dalam-dalam diantara kedua pahanya. Bersamaan
dengan itu pula cairan putih meleleh dengan
deras dari ujung lubang kewanitaanya. Dengan
sedikit liar, aku minum semua cairan yang keluar
dan aku jilatin sampai bersih kembali tanpa ada
cairan sedikitpun.
“Capek sayang.. ” tanyaku.
“Kamu benar-benar gila Mas.. Hebat banget
kamu,” puji Ica.
Belum selesai dia memeujiku, aku langsung
mengangkat tubuhnya yang langsing dan sedikit
kurus. Sekali angkat tubuhnya langsung
berhadapan dengan tubuhku, dengan cekatan
penisku aku tancapkan ke lubang vagina Ica,
“Mmas.. Aduh.. Kamuu benar-benar nakal..,” kata
Ica manja.
Kedua tangan Ica menggelayut dileherku
sedangkan kedua kakinya mengunci pinggulku,
sehingga hal ini memudahkan penisku
menerobos masuk di lubang vaginanya.
“Slep.. Slep.. Slep.. ” terdengar penisku bergerak
keluar masuk lubang Ica. Kedua tanganku
menahan bongkahan pantat Ica yang tidak begitu
besar, untuk memudahkan pergerakan keluar
masuk penisku. Karena tubuh Ica yang ringan
memudahkan aku untuk berhubungan sambil
menggendong Ica.
Posisi ini aku pertahankan sampai, Ica orgasme
yang ketiga kalinya.
“Mass.. Aku.. Keluar lagi.. ” sambil berkata
demikian Ica berusaha mendekap tubuhku erat-
erat sedangkan tubuhnya tidak bisa mendekat
tubuhku karena memang terganjal penisku yang
panjang.
Disaat tubuh Ica turun dari gendonganku, aku
sedikit mendorong tubuhnya untuk menghadap
ke dinding. Sambil aku bisikan kata yang mesra di
telinganya
“Akan kuberikan semua kenikmatan malam ini”
rayuku.
“Mass..” desah Ica.
Kaki Ica aku buka lebar, sehingga memudahkan
aku untuk penetrasi melalui belakang.
Bless.., batang kemaluanku kembali menghunjam
lubang Ica yang masih terengah-engah. Kedua
tanganku memegang pinggul Ica dari balakang,
sehingga memudahkan aku untuk bergerak maju
mundur. Kedua tangan Ica menahan tubuhnya di
dinding kamar.
“Mas.. Eennakk sekali.. ” rintih Ica.
“Kamu memang.. Jagonya Mas.. Uuuhh,” berkali-
kali Ica merintah tetapi hal itu tidak menghentikan
permainan aku yang semakin gila saja.
Setelah puas dengan posisi seperti itu, dengan
memeringkan tubuh Ica yang masih berdiri, aku
angkat kakinya satu sehingga aku bisa
memasukkan penisku dengan leluasa.
Crek.. Crek.. Crekk.., suara penisku yang sudah
mulai dibasahi oleh cairan Ica yang begitu banyak
meleleh, sampai menetes di pahaku.
“Mas.. Kamu.. Pandai sekali membuatku
melayang.. Aaahh.. Uuuhh”
“Sayaang.. Aku.. Nggaa.. Tahann..” untuk yang
kesekian kalinya lubang kewanitaan Ica
mengucurkan cairan putih pekat dibatang
kemaluanku.
Setelah aku puas, akhirnya aku membopong
tubuh Ica dan meletakkan di pinggir ranjang. Kali
ini aku melakuakn doggie style, aku semakin
bergairah untuk bermain dengan beberapa variasi
dalam bersetubuh.
“Hekk..” muka Ica dimasukan dalam-dalam diatas
bantal ketika penisku menghujam kesekian
kalinya.
“Oohh.. Ica.. Punya kamu asyik banget..” puji
aku.
Sambil menggerakkan maju mundur tubuhku
dibelakang tubuh Ica, aku melihat jelas kucuran
keringat dari tubuh kami berdua. Sampai akhirnya
Ica menjerit panjang dibarengi kedua tanganya
meremas sprey hotel dengan kencang.
“Mass.. Aaammppunn..” gigi Ica menggigit bantal
dengan kencang.
“Aku juga mau keluar sayang.. Ica..?” aku
mendesah kenikmatan
“Ooo Ica.. Mau dikeluarin dimana.. aakhh,” aku
bergerak semakin cepat memasukkan penisku.
“Di dalam aja sayang.. ” pinta Ica.
“Jangan aku nggak mau.. Cepet sayang aku
sudah mau keluar nih..” desahku.
“Icaa.. Aaakhh” aku segera melepas penisku dari
lubang vagina Ica dan dengan seketika
membalikkan badannya hingga mulutnya pas
didepan penisku.
Bagaikan di film-film BF yang pernah aku lihat, Ica
langssung melumat habis penisku.
Crutt.. Crut.. Crut.., entah berapa kali semburan
spermaku dalam mulut Ica, aku hanya
merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Semburan demi semburan, Ica seperti tidak
mempedulikan lagi. Gadis itu tetap mengocok,
mengulum dan menghisap dalam-dalam
penisku. Terlihat jelas spermamu menetes kelaur
dicelah bibirnya yang mungil dan belum sampai
jatuh, lidahnya berusaha menjilat kembali.
“Mmm.. Aku suka sekali sperma kamu Mas..”
kata Ica sambil menelan seluruh spermaku yang
sudah keluar.
Sambil menjilati sisa-sisa sperma yang masih
menempel di batang kemaluanku,
“Ma kasih Mas.. Kamu memberikan apa yang
selama ini aku impikan” kata Ica.
“Selama ini pacarku tidak pernah memberikan ini
semua, asal dia sudah keluar ya sudah tanpa
harus mikirin aku” jelas Ica.
Malam itu kami tidur berpelukkan sampai pagi
dengan keadaan telanjang bulat, aku sudah tidak
ingat lagi berapa kali memberikan kepuasan
terhadap Ica. Akan tetapi yang membuat diriku
bangga adalah, aku bisa memberikan kepuasan
kepada pasanganku. Karena buat aku sex bukan
milik pria seorang tetapi milik kedua pasangan
yang melakukkannya.
Paginya Ica membangunkan aku tepat pukul
06.00
“Mas.. anter aku ke terminal ya, aku harus balik
nih,” pinta Ica.
“Oke, yuk kita segera bersiap-siap” ajakku.
“Mas, kamu janji ya berikan aku seperti ini setiap
aku mau,” kata Ica.
“Iya sayang, selama kamu mau.. Aku akan
berikan” jawabku penuh harap.
Sambil berkata demikian kita berdua menuju
kamar mandi untuk mandi bersama. Dan di
kamar mandi, untuk sekali lagi kita melakukan
hubungan sex yang sangat fantastis di bawah
guyuran shower. Dan entah berapa kali Ica
mereguk kenikmatan saat itu. Yang pasti hari itu
begitu hebat permainan yang aku lakukan denagn
Ica.
Setelah siap, aku check out dan meluncur kearah
terminal Bungurasih.
“Kamu hati-hati Ica” sambil aku kecup keningnya.
“Terima kasih Mas buat permainan semalam dan
tadi pagi” kata Ica berterima kasih.
“Kamu memang luar biasa Mas” puji Ica.
Akhirnya tubuh Ica yang semampai bergegas
meninggalkan mobilku untuk menuju ke antrean
bus menuju kota K. Lambaian tangannya berkali-
kjali melambai seiring dengan tubuhnya yang
hilang ditelan keramaian terminal.
Hari ini menyisakan cerita yang maha dahsyat
karena permainan sex aku yang bisa diterima oleh
pasangan aku. Setelah hari itu, kita berdua sering
saling calling, saling perhatian, saling share dan
sering juga janjian untuk sekedar melepas kangen
dan diakhiri dengan permainan sex.
Ica, salah satu teman chating aku yang sekarang
entah kemana perginya. Semoga kamu bisa
mengenang masa-masa indah kita saat berdua.
Dan aku masih berharap kamu kembali datang di
hari-hariku untuk mereguk kenikmatan bersama.


Adult | GO HOME | Exit
1/10324
U-ON

inc Powered by Xtgem.com